Analisis 6 Penyebab Startup Edutech Zenius Bangkrut
Sekarang ijin saya mencoba analisi mengapa Zenius yang sudah berdiri 20 tahun akhirnya tumbang juga.
1. Beban operasional yang besar
Sebagaimana yang disampaikan dalam surat pernyataannya Zenius menyebutkan sedang mengalami tantangan opersional. Hal ini bisa disebabkan karena tidak imbangnya antara pendapatan yang masuk dengan operasional yang harus dikeluarkan.
Bisa jadi karena besarnya biaya untuk gaji karyawan semenjak masuk menjadi perusahaan berbasis teknologi atau startup yang sudah jadi rahasia umum butuh bayaran dan jumlah karyawan yang besar.
2. Banyak saingan personal course
Di era dengan kemudahan teknologi dan perkembangan sosial media, nyaris semua orang punya kesempatan yang sama dalam menyampaikan kreatifitas termasuk berbagi ilmu.
Kehadiran para personal trainer atau expert yang berbagi ilmu lewat berbagai platform seperti Youtube, TikTok, Instagram bisa jadi saingan juga.
Pilihannya tidak hanya harus lewat startup edu tech namun bisa menambah skill lewat webinar, boothcamp atau pelatihan yang diadakan oleh personal trainer ini.
3. Tech winter
Tech winter adalah istilah yang menggambarkan periode penurunan signifikan dalam industri teknologi.
Diakui atau tidak Tech Winter juga berperan dalam berjatuhannya banyak startup tak terkecuali yang bergerak dalam bidang edu tech. Venture Capital dan investor tak lagi jor-joran dalam memberikan pendanaan karena situasi ekonomi dunia yang lesu dan cenderung mengarah ke resesi.
Jika sebelumnya para startup dengan mudah mendapatkan pendanaan berbagai series untuk pertumbuhan, kini para VC lebih selektif dan sudah berorientasi profit. Ketika para startup kehabisan modal untuk operasional sementara profit belum cukup maka yang terjadi tinggal nunggu waktu kapan kehabisan modal ibarat kendaraan yang menunggu mogok saat bahan bakar akan habis.
4. Tren mengejar growth
Di era kejayaan para startup, kebanyakan berorientasi pada growth atau pertumbuhan untuk menaikan valuasi. Berharap dengan demikian bisa untung atau exit dengan cara bertambahanya valuasi perusahaan dan IPO di pasar saham.
Sayangnya sebelum berhasil melantai di bursa saham, mayoritas startup yang bangkrut kehabisan pendaaan karena mindset yang bisa dibilang salah yaitu semata mengejar growth tanpa mengejar profit.
5. Tren bakar duit
Pembaca tentu masih ingat, bagaimana para startup mengumbar diskon dan aneka promo yang kadang gak masuk akal. Kita pernah menikmatinya ketika aplikasi ojek dan makanan sedang jaya-jayanya.
Asal tahu saja, promo dan diskon yang mereka berikan tidak cuma-cuma karena menggunakan uang dari investor. Istilahnya bakar uang untuk customer acquisition atau menambah jumlah pengguna.
Harusnya sebelum dana investasi habis harus mulai mencari untung seperti yang sudah dilakukan Gojek, Tokopedia dan Shopee misalnya, maka jangan heran jika sekarang sudah jarang ada promo besar, ongkir jadi mahal bahkan ada biaya layanan.
Kebanyakan startup yang tumbang, sebelum sampai pada tahap mencari untung, modalnya sudah habis dibakar untuk promo.
6. Tren belajar online setelah pandemi
Ketika pandemi dimana sekolah dan kampus melakukan pembelajaran secara online, startup berbasis edu tech menemukan momentumnya mengalami pertumbuhan yang signifikan karena sangat relevan dan dibutuhkan oleh banyak kalangan.
Pembaca pasti masih ingat betapa mereka masif sekali melakukan promosi, membuat acara besar di stasiun tv nasional di jam tayang primetime yang pasti mahal sekali tarifnya, hingga acara kompetisi dangdutpun votenya lewat aplikasi edutech saking inginnya mengejar pertumbuhan pengguna.
Tahun 2020 dan 2021 yang justru di tengah pandemi, banyak startup yang mendapat berkah dengan pendanaan dan kenaikan jumlah pengguna, kala itu mereka beranggapan bahwa pasca pandemi kebiasaan dalam mengakses pembelajaran secara online akan terus naik atau setidaknya sama.
Sayangnya, seperti yang kita ketahui pasca pandemi kebiasaan tersebut tidak bertahan, pembelajaran kembali dilakukan secara offline dan pasti berdampak pada penurunan pengguna aplikasi dan layanan startup edu tech.
Sudah terlanjur menghabiskan banyak uang investsor saat pandemi untuk promosi, nyatanya hasilnya tak sesuai prediksi, maka PHK jadi solusi hingga bangkrutpun terjadi seperti yang sering kita baca akhir-akhir ini.